04132 2200217 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100082001300122084001900135100001600154245008400170250001200254260003300266300003400299500351900333600003703852990002503889INLIS00000000000110320230228111021 a0010-0223000102ta230228 | 1 ind  a978-602-8811-61-3 a899.2213 a899.2213 DEE f0 aDee Lestari1 aFILOSOFI KOPI :bKumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade 1995-2005 /cDee Lestari aCet. 22 aYogyakarta :bBentang,c2022 axiv + 142 hlm ;c13,5 x 20 cm aFilosofi Kopi merupakan sebuah buku kumpulan prosa dan cerpen. Melalui buku ini Dewi atau yang biasa dikenal Dee menceritakan tentang dua orang lelaki yaitu Ben dan Jody yang membangun sebuah usaha kedai kopi mulai dari nol. Ben merupakan barista yang sangat antusias dengan kopi juga handal dalam meramu sebuah kopi. Dengan kegigihannya dalam membangun kedai kopi itu, Ben pergi berkeliling dunia mencari koresponden di mana-mana demi mendapatkan kopi-kopi terbaik dari seluruh negeri. Dia berkonsultasi dengan dengan pakar-pakar peramu kopi dari Roma, Paris, Amsterdam, London, New York, dan Moskow. Ben, dengan kemampuan berbahasa pas-pasan, mengemis-ngemis agar bisa menyelusup masuk dapur, menyelinap ke bar saji, mengorek-ngorek rahasia ramuan kopi dari barista-barista demi mengetahui takaran paling pas untuk membuat cafe latte, cappucino, espresso, russian coffe, irish coffe, macchiato, dan lain – lain. Kopi yang dibuatnya selalu dimaknai dengan berbagai filosofi-filosofi menurut pendapatnya. Itulah yang menjadi daya Tarik dari kedai kopi mereka sehingga banyak sekali pelanggan yang ramai berkunjung ke kedai mereka. Sampai pada suatu saat kedai mereka kedatangan seorang pria perlente berusia 30 tahun-an. Dihadapan mereka, ia bertanya pada Ben tepatnya, mengumumkan keras-keras: “Di kedai ini, ada tidak kopi yang punya arti: Kesuksesan adalah wujud kesempurnaan hidup!” Ia menantang Ben untuk membuat kopi yang rasanya sesempurna mungkin dan tidak ada tandingannya di dunia. “Kopi yang apabila diminum akan membuat kita menahan napas saking takjubnya, dan cuma bisa berkata: hidup ini sempurna.” Pria itu juga menawarkan imbalan sebesar 50 juta. Ben yang ambisius tentu saja menerima tantangan tersebut. Kerja kerasnya selama beberapa minggu membuahkan hasil. Kemudian Ben menamai kopi tersebut “Ben’s Perfecto”. Pagi-pagi sekali Ben menelepon penantangnya dan akhirnya ia datang pada sore hari. Disaksikan semua pelanggan, Ben menyuguhkan secangkir Ben’s Perfecto. Pria itu menyeruput perlahan, setelah beberapa saat, ia berkata, “hidup ini sempurna”. Kedai kopi tersebut pun dipenuhi tepuk tangan pelanggan yang lain. Kemudian pria itu mengeluarkan selembar cek kepada Ben dan berkata, “Selamat. Kopi ini perfect. Sempurna.” Minuman itu menjadi menu favorit semua langganan sekaligus menjadi daya pikat yang menarik orang – orang baru untuk datang. Hingga seorang pria setengah baya datang dan mengatakan bahwa rasa kopi tersebut hanya “lumayan enak” dibandingkan kopi yang pernah dicicipinya di suatu lokasi di Jawa Tengah. Ben yang penasaran langsung mengajak Jody untuk menemani menyusuri jalan menuju pedesaan di Jawa Tengah. Tepat di penghujung jalan, sebuah warung reot dari gubuk berdiri di atas bukit kecil, ternaungi pepohonan besar. Di halamannya terdapat tampi-tampi berisi biji kopi yang baru dipetik. Kemudian mereka memesan secangkir kopi tiwus kepada pemilik warung gubuk tersebut. Ben dan Jody meminum kopi tersebut tanpa berbicara sedikitpun. Kopi tersebut memiliki rasa yang sempurna dan ada cerita serta filosofi yang menarik dari kopi tersebut. Ben yang merasa gagal kembali ke Jakarta dengan putus asa. Sampai pada akhirnya Ben menyadari bahwa sesempurna apa pun kopi yang ia buat, kopi tetap kopi, mempunyai sisi pahit yang tak mungkin orang sembunyikan, dan di sanalah kehebatan kopi tiwus, yang memberikan sisi pahit yang membuatmu melangkah mundur, dan berpikir, dan Ben kini melanjutkan perjuangannya di kedai Filosofi Kopi. 4afiksi Indonesia, prosa Indonesia a01976/PSMUH/Hib/2023