MERAKIT KAPAL /
Shion
text
Jakarta : Gramedia,
2021
ind
Setelah menyadari kekuatan kata-kata—bahwa kata-kata bukan untuk melukai melainkan untuk melindungi orang lain, alat untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain, untuk menciptakan koneksi dengan orang lain—dia jadi bertekad akan menggali hatinya sendiri, serta berusaha memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan perhatian lebih dalam lagi. Lewat penyusunan Daitokai, dia berusaha mendapatkan senjata baru berupa kata-kata dalam artian yang sebenarnya. (halaman 221)
Mitsuya Mejime direkrut Kepala Redaksi Kamus Penerbit Genbu untuk membantu penyusunan dan penerbitan kamus tebal berjudul Daitokai, yang berarti menyebrangi lautan. Kepribadian Mejime sesuai dengan namanya bersungguh-sungguh dan serius. Namun, Majime orang yang eksentrik serta canggung dalam bersosialisasi. Meski peka terhadap kata-kata, dia tak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk mengutarakan isi hatinya.
Kepala Redaksi Araki berkeyakinan bahwa kamus merupakan kapal yang digunakan manusia untuk mengarungi lautan kata demi menyampaikan pemikiran mereka dengan kata-kata paling sesuai. Dan selama merakit kapal tersebut bersama para staf Redaksi Kamus, perlahan kata-kata pun mulai terkumpul dalam perahu Mejime sendiri, memungkinkan pria kikuk itu berlayar untuk mengekspresikan dirinya, baik dalam pertemanan maupun cinta.
Yeay! Senang sekali penerbit Gramedia Pustaka Utama semakin banyak menerbitkan buku-buku terjemahan dari negeri sakura, meskipun tentu saja cukup menguras uang jajan buku ???? Dan buku ini menemani saya saat libur lebaran di masa pandemi covid 19 tahun kedua yang tidak bisa mudik dan hanya liburan di rumah saja sambil baca buku. THR tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, tidak beli baju baru, tapi beli buku baru, alhamdulillah ???? Dan masih banyak lagi wishlist buku-buku dari literatur Jepang yang ingin saya baca dan koleksi >.< Mari sekarang saya bahas buku yang keren ini.
MITSUYA MAJIME, direktur Kepala Redaksi ini sangat bersungguh-sungguh dalam bekerja, tetapi kurang pandai dalam bersosialisasi maupun bernegosiasi. Namun, berkat ketelitian dan kesungguhannya, setelah lebih dari 15 tahun menyusun kamus, dia dan timnya bisa menyelesaikan apa yang sudah mereka mulai. Gak kebayang selama itu ternyata menyelesaikan kamus. Dia juga pribadi yang sangat sederhana, bahkan terkesan aneh jika orang-orang belum mengenalnya dengan baik, salah satu hobinya membaca buku.
Kegetiran akhirnya menyebabkan Majime lari ke buku. Walaupun tak pandai bicara, dia bisa berdialog dengan tenang dan mendalam bersama buku. Satu keuntungan lainnya, jika dia membaca buku saat jam istirahat sekolah, teman-teman takkan sembarangan menyapanya. Kegemaran membacanya itu jugalah yang menyebabkan nilai-nilainya naik. Dia tertarik pada “kata-kata” yang menjadi alat untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan hingga akhirnya mengambil jurusan linguistik saat kuliah. (halaman 40)
Sastra Jepang
URN:ISBN:9786020650685