03653 2200277 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100082001000122084001600132100001600148245015200164250001100316260003800327300002200365500281600387600002203203990002503225990002503250990002503275990002503300990002503325990002503350INLIS00000000000028520211026013257 a0010-1021000096ta211026 d 0 ind  a978-623-7351-03-0 a158.1 a158.1 HEE i1 aHee Se Baek1 aI want To Die But I Want To Eat Tteokpokki :bKatanya mau mati, kenapa malah memikirkan jajanan kaki lima? Apa benar kau ingin mati? /cBaek Se Hee aCet. 4 aTangerang :bPenerbit Haru,c2019 a236 hlm ;c19 cm a"I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki" adalah sebuah buku yang ditulis oleh penulis berkebangsaan Korea Selatan, Baek Se Hee.  Seorang wanita kelahiran tahun 1990 yang lulus dari jurusan sastra dan bekerja di salah satu penerbit, yang selama 10 tahun mengalami depresi ringan berkepanjangan (dalam istilah medis disebut juga dengan distimia) dan gangguan kecemasan. Buku ini sangat populer di negara asalnya, sehingga banyak diterjemahkan ke berbagai macam bahasa.  Melalui buku ini, penulis ingin berbagi pengalamannya secara jujur, bagaimana ia merasa tidak baik-baik saja, lalu meminta saran ahli, kemudian mencoba bangkit dan berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. Baek Se Hee ingin memberitahu pada pembaca bahwa pada akhirnya kita hanya perlu sedikit lebih mencintai diri kita sendiri.  Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Resensi Buku "I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki"", Klik untuk baca: https://www.kompasiana.com/nuzulkarimaramadani7970/6046366ed541df04ce165712/resensi-buku-i-want-to-die-but-i-want-to-eat-tteokpokki Kreator: Nuzul Karima Ramadani Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator. Baek Se Hee, seorang penulis yang mengalami depresi berkepanjangan. Ia sudah mengunjungi berbagai psikolog maupun psikiater yang berbeda, tetapi tidak membuahkan hasil. Hingga akhirnya pada tahun 2017, ia menemukan rumah sakit yang cocok dan menjalani pengobatan rutinnya di sana, baik menggunakan obat maupun dengan metode konsultasi.  Judul buku ini diambil dari apa yang dirasakan oleh penulis. Karena disaat penulis sedang merasa sedih dan ingin menangis, lalu merasakan sebuah kekosongan di hatinya. Lucunya, meskipun penulis merasakan kekosongan itu ia tetap pergi untuk makan tteokpokki (makan khas Korea berupa kue beras yang dimasak dalam bumbu pasta cabai).  Ia juga mengatakan, setelah memakannya ia merasakan perasaan yang ambigu. Tidak merasa sedih, tidak pula merasa bahagia. Di setiap kunjungan konsultasinya, psikiater menanyakan hal-hal mendasar seputar kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh Baek Se Hee. Ia menanyakan pula berbagai perasaan yang timbul apabila dihadapkan oleh sebuah situasi yang berbeda-beda. Ada banyak kutipan menarik yang termuat di dalam buku ini.  "Tidak apa-apa jika tidak bersemangat. Mungkin saja hari ini aku tidak bisa melakukan pekerjaanku dengan baik. Itu Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Resensi Buku "I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki"", Klik untuk baca: https://www.kompasiana.com/nuzulkarimaramadani7970/6046366ed541df04ce165712/resensi-buku-i-want-to-die-but-i-want-to-eat-tteokpokki Kreator: Nuzul Karima Ramadani Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator. 4aPerbaikan pribadi a00362/PSMUH/Bos/2020 a00363/PSMUH/Bos/2020 a00363/PSMUH/Bos/2020 a00362/PSMUH/Bos/2020 a00362/PSMUH/Bos/2020 a00363/PSMUH/Bos/2020