Cite This        Tampung        Export Record
Judul Si Anak Pemberani / Tere Liye
Pengarang Tere Liye
EDISI Cet. 4
Penerbitan Jakarta : Republika, 2019
Deskripsi Fisik 424 hlm ;21 cm
ISBN 978-602-5734-52-6
Subjek Fiksi Indonesia
Catatan “Aku, Eliana si anak pemberani, anak sulung Bapak dan Mamak yang akan menjadi pembela kebenaran dan keadilan. Berdiri paling gagah, paling depan.” Buku ini tentang Eliana, si anak pemberani yang membela tanah, sungai, hutan, dan lembah kampungnya. Saat kerakusan dunia datang, Eliana bersama teman karibnya bahu-membahu melakukan perlawanan. Dari puluhan buku Tere Liye, serial buku ini adalah mahkotanya. Kini Tak Seperti Dulu Lagi Namun itu terjadi sebelum kerusakan tanah, air, dan udara melanda Indonesia. Setelah orang-orang tamak itu datang ke pelosok pedalaman negeri, hutan-hutan berubah menjadi lahan berdebu, terganti oleh tumbuhan yang mereka sebut kelapa sawit. Orang-orang besar dari kota itu juga menggali tanah mencari bongkahan bahan tambang yang kemudian disebut batu bara. Mereka menambang pasir-pasir di kali-kali jernih, menyebabkan airnya menjadi keruh dan memulangkan nelayan dengan muka masam karena tak dapat ikan. Dengan dalih pembukaan lahan baru, para pemilik HPH (Hak Pengelolaan Hutan) menebang hutan-hutan tanpa kendali. Mereka bakar hutan itu sehingga menyebabkan polusi udara sampai ke negara jiran. Semua rata terjadi di mana-mana, di pelosok negeri. Tak terkecuali di latar cerita Si Anak Pemberani ini, yakni Sumatera Timur, di celah Pegunungan Bukit Barisan bagian Jambi. Buku ini merupakan himpunan berseri yang mengisahkan perjuangan anak-anak pedalaman Kampung Melayu. Terdiri dari 5 jilid, dan ini adalah kisah Eliana, seorang anak tertua dari putra Mamak dan Pak Syahdan. Saudara-saudaranya, yaitu Pukat, Burlian, Ameliya telah diceritakan dalam buku tersendiri. Perjuangan Si Anak Pemberani Si Anak Pemberani mengisahkan seorang gadis kecil pemberani yang berambut sedikit ikal. Ketika anak-anak yang seumuran dengannya sibuk bermain, Eliana sebaliknya. Dia sibuk memikirkan bagaimana cara menyelamatkan hutan, air, dan lahan di desanya yang terancam rusak karena kehadiran orang-orang kota tak bertanggung jawab. Eliana bersama tiga temannya yang disebut ‘empat buntal’ mahu-membahu menghentikan orang-orang pemilik HPH dan menghentikan para penggali pasir liar di dekat sungai di desanya. Betapa beraninya Eliana yang waktu itu masih duduk di bangku SD kelas 6, sudah melawan orang-orang berduit dari kota yang mengeksploitasi tanah, air, dan hutan di kampungnya. Dia bahkan berucap dengan tegas, ‘’Kalian yang hina! kalian merusak seluruh hutan, sungai, dan gunung kami! Rakus!’’ (hlm. 16). Tekad Eliana dan tiga temannya semakin membara untuk memperjuangkan nasib tanah, air, udara, dan hutan. Melihat warga dan para penangkap ikan yang pulang bermuka murung akibat sedikitnya tangkapan ikan karena air yang berubah warna menjadi keruh dari hasil penggalian pasir. Eliana akhirnya menyususn rencana untuk menghentikan tambang pasir. Perjuangannya berhasil menghentikan ketamakan hidup orang kota. Rupanya, dia semakin sadar bahwasanya menegakkan keadilan tak gampang. Perlu perjuangan melelahkan dan usaha yang maksimal. Orang kota itu adalah orang berduit. Dengan gampangnya mereka menggunakan kekuatan uang untuk menyogok sana sini guna melanggengkan usaha kotor mereka memberangus keasrian alam Bukit Barisan. Kekuatan uang besar mereka memang menjadi momok menakutkan untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan agar rakyat kecil di kampungnya tak terusir menjadi orang-orang gelandangan. Eliana berhasil mengusir orang-orang kota itu. Keberhasilan tersebut menumbuhkan tekad lain dalam dirinya berkaitan dengan upaya perlindungan masyarakat dan lingkungannya. Dia bertekad menjadi penegak keadilan atau ingin menjadi pengacara yang andal. Akhirnya, cita-citanya berhasil ia raih. Ia semakin kukuh berdiri di depan masyarakat kampung Bukit Barisan menghadang orang-orang yang mencoba menghancurkan hutan-hutan, tanah, air, dan sumber daya mineral lainnya (hlm. 298)
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Novel
Target Pembaca Remaja

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
00000000150 899.221 3 TER s Dapat dipinjam Perpustakaan Perguruan Muhammadiyah Cipondoh - SMA Muhammadiyah 2 Kota Tangerang Tersedia
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000000106
005 20210618111802
007 ta
008 210618################d##########f#ind##
020 # # $a 978-602-5734-52-6
035 # # $a 0010-0621000071
082 # # $a 899.221 3
084 # # $a 899.221 3 TER s
100 0 # $a Tere Liye
245 1 # $a Si Anak Pemberani /$c Tere Liye
250 # # $a Cet. 4
260 # # $a Jakarta :$b Republika,$c 2019
300 # # $a 424 hlm ; $c 21 cm
500 # # $a “Aku, Eliana si anak pemberani, anak sulung Bapak dan Mamak yang akan menjadi pembela kebenaran dan keadilan. Berdiri paling gagah, paling depan.” Buku ini tentang Eliana, si anak pemberani yang membela tanah, sungai, hutan, dan lembah kampungnya. Saat kerakusan dunia datang, Eliana bersama teman karibnya bahu-membahu melakukan perlawanan. Dari puluhan buku Tere Liye, serial buku ini adalah mahkotanya. Kini Tak Seperti Dulu Lagi Namun itu terjadi sebelum kerusakan tanah, air, dan udara melanda Indonesia. Setelah orang-orang tamak itu datang ke pelosok pedalaman negeri, hutan-hutan berubah menjadi lahan berdebu, terganti oleh tumbuhan yang mereka sebut kelapa sawit. Orang-orang besar dari kota itu juga menggali tanah mencari bongkahan bahan tambang yang kemudian disebut batu bara. Mereka menambang pasir-pasir di kali-kali jernih, menyebabkan airnya menjadi keruh dan memulangkan nelayan dengan muka masam karena tak dapat ikan. Dengan dalih pembukaan lahan baru, para pemilik HPH (Hak Pengelolaan Hutan) menebang hutan-hutan tanpa kendali. Mereka bakar hutan itu sehingga menyebabkan polusi udara sampai ke negara jiran. Semua rata terjadi di mana-mana, di pelosok negeri. Tak terkecuali di latar cerita Si Anak Pemberani ini, yakni Sumatera Timur, di celah Pegunungan Bukit Barisan bagian Jambi. Buku ini merupakan himpunan berseri yang mengisahkan perjuangan anak-anak pedalaman Kampung Melayu. Terdiri dari 5 jilid, dan ini adalah kisah Eliana, seorang anak tertua dari putra Mamak dan Pak Syahdan. Saudara-saudaranya, yaitu Pukat, Burlian, Ameliya telah diceritakan dalam buku tersendiri. Perjuangan Si Anak Pemberani Si Anak Pemberani mengisahkan seorang gadis kecil pemberani yang berambut sedikit ikal. Ketika anak-anak yang seumuran dengannya sibuk bermain, Eliana sebaliknya. Dia sibuk memikirkan bagaimana cara menyelamatkan hutan, air, dan lahan di desanya yang terancam rusak karena kehadiran orang-orang kota tak bertanggung jawab. Eliana bersama tiga temannya yang disebut ‘empat buntal’ mahu-membahu menghentikan orang-orang pemilik HPH dan menghentikan para penggali pasir liar di dekat sungai di desanya. Betapa beraninya Eliana yang waktu itu masih duduk di bangku SD kelas 6, sudah melawan orang-orang berduit dari kota yang mengeksploitasi tanah, air, dan hutan di kampungnya. Dia bahkan berucap dengan tegas, ‘’Kalian yang hina! kalian merusak seluruh hutan, sungai, dan gunung kami! Rakus!’’ (hlm. 16). Tekad Eliana dan tiga temannya semakin membara untuk memperjuangkan nasib tanah, air, udara, dan hutan. Melihat warga dan para penangkap ikan yang pulang bermuka murung akibat sedikitnya tangkapan ikan karena air yang berubah warna menjadi keruh dari hasil penggalian pasir. Eliana akhirnya menyususn rencana untuk menghentikan tambang pasir. Perjuangannya berhasil menghentikan ketamakan hidup orang kota. Rupanya, dia semakin sadar bahwasanya menegakkan keadilan tak gampang. Perlu perjuangan melelahkan dan usaha yang maksimal. Orang kota itu adalah orang berduit. Dengan gampangnya mereka menggunakan kekuatan uang untuk menyogok sana sini guna melanggengkan usaha kotor mereka memberangus keasrian alam Bukit Barisan. Kekuatan uang besar mereka memang menjadi momok menakutkan untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan agar rakyat kecil di kampungnya tak terusir menjadi orang-orang gelandangan. Eliana berhasil mengusir orang-orang kota itu. Keberhasilan tersebut menumbuhkan tekad lain dalam dirinya berkaitan dengan upaya perlindungan masyarakat dan lingkungannya. Dia bertekad menjadi penegak keadilan atau ingin menjadi pengacara yang andal. Akhirnya, cita-citanya berhasil ia raih. Ia semakin kukuh berdiri di depan masyarakat kampung Bukit Barisan menghadang orang-orang yang mencoba menghancurkan hutan-hutan, tanah, air, dan sumber daya mineral lainnya (hlm. 298)
600 # 4 $a Fiksi Indonesia
990 # # $a 00146/PSMUH/Hib/2020
Content Unduh katalog