
Judul | Si Anak Kuat / Tere Liye |
Pengarang | Tere Liye |
EDISI | Cet. 4 |
Penerbitan | Jakarta : Republika, 2019 |
Deskripsi Fisik | 397 hlm ;21 cm |
ISBN | 978-602-5734-42-7 |
Subjek | Fiksi Indonesia |
Catatan | "Kau anak paling kuat di keluarga ini, Amel. Itu benar sekali. Bukan kuat secara fisik, tapi kuat dari dalam. Kau adalah anak yang paling teguh hatinya, paling kokoh dengan pemahaman baik." *** Buku ini tentang Amelia, kisah anak yang memiliki mimpi-mimpi hebat untuk kampung tercintanya. Dari puluhan buku Tere Liye, serial buku ini adalah mahkotanya. *** Buku ini bercerita tentang Amel, yang mempunyai nama lengkap Amelia. Amel adalah anak bungsu dari Bapak Syahdan dan Ibu Nurmas dan mempunyai tiga orang kakak yaitu, Kak Eli (Eliana), Kak Pukat dan Kak Burlian. Ketiga kakak Amel ini pun memiliki cerita di bukunya masing-masing. Masa kecil Amel begitu seru, memiliki kedua orang tua yang menanamkan nilai-nilai yang baik tentang kehidupan dan nilai-nilai agama. Amel dan keluarganya tinggal di sebuah lembah, yang terletak di perkampungan yang sangat indah. "Aku dan keluargaku tinggal di perkampungan yang indah. Persis di Lembah Bukit Barisan. Dilingkari oleh hutan lebat dibagian atasnya. Lereng-lereng yang berkabut saat pagi, bagai melihat kapas sejauh mata memandang. Di bawahnya dibatasi oleh sungai besar berair jernih. Jika datang pagi-pagi, pukul enam misalnya, kalian akan melihat air sungai yang seolah menyimpan balok-balok es, mengepul mengeluarkan uap. Begitu jernih, begitu dingin. Koral dasar sungai terlihat. Ikan berlarian di sela kaki membuat geli." Dari membacanya saja membuat saya seperti ikut masuk kedalam cerita kehidupannya Amel. Saya sangat menyukai buku ini. Cerita yang sederhana tapi penuh makna. Banyak pesan moral yang saya dapatkan dari setiap tokoh didalam buku ini. Baca juga: Review Novel RINDU - Tere Liye Amel sering di olok-olok oleh kedua kakak laki-lakinya yang super jahil, Kak Pukat dan Kak Burlian. Mereka punya julukan yang lucu menurut saya, yaitu "dua sigung" hehe. Dua sigung itu sering menyebut Amel sebagai "penunggu rumah", yang artinya ketika sudah besar nanti, ketiga kakaknya akan merantau jauh namun Amel harus tetap berada dirumah. "Setiap kali pergi bermain, dan aku ingin ikut, Kak Burlian sering berseru kepadaku, "Kau tidak usah ikut kami, Amel. Kau ditakdirkan menunggu rumah. Atau di lain kesempatan ia nyeletuk, "Kau anak bungsu, Amel. Sejauh apapun kau pergi, tetap akan menunggu rumah, tidak bisa kemana-mana." Ada momen yang membuat saya begitu terharu, dimana ketika Amel sangat kesal dengan kakak pertamanya, yaitu Kak Eli. Sebagai anak sulung, Kak Eli sering sekali menyuruh-nyuruh dan memerintah adik-adiknya, terutama kepada Amel. Kak Eli juga sering memarahi Amel ketika Amel tidak melaksanakan tugas rumahnya. Sehingga Amel menganggap bahwa kakaknya itu galak dan tidak sayang kepada Amel. Hingga suatu hari Amel pun ingin balas dendam kepada kakaknya secara diam-diam, dan hal itu berhasil dilakukan. Apa yang terjadi? Kak Eli pun semakin marah tentunya, dan Amel ketahuan sehingga ia dihukum oleh kedua orang tuanya. Di momen ini lah Bapak menasehati Amel. "Kau tidak terlalu kecil untuk bisa melihatnya, Amel. Kau lebih cepat mengerti dibanding kakak-kakakmu soal memahami kebaikan. Tetapi jelas kau terlalu keras kepala untuk menerimanya. Kak Eli menyayangi kau. Tidak ada orang yang begitu cerewet, sering mengingatkan kalau dia tidak sayang. Justru ketika orang lain memutuskan mendiamkan, maka saat itulah dia tidak peduli lagi, tidak sayang lagi." Bapak berkata tegas, intonasinya bertenaga, penuh keyakinan dengan kalimatnya. Selanjutnya Bapak menceritakan pengorbanan yang sudah dilakukan Kak Eli kepada Amel, sehingga membuat Amel begitu sedih dan merasa bersalah. Kalian wajib banget baca buku ini! Buku yang membuat kita seperti bisa masuk kedalam cerita tersebut. Penuh tawa, haru, seru, dan membuat kita seperti bisa merasakan apa yang sedang dialami oleh Amel. Kejadian menyentuh hati menurut saya adalah ketika Amel mendapat tugas dari Pak Bin untuk mengajak Chuck Norris (teman sekelas Amel) belajar atau membuat tugas bersama. Hal ini agak sulit dilakukan karena Chuck Norris adalah anak yang nakal dan suka membuat onar. Namun, Amel tidak menyerah begitu saja. Ia berusaha memahami apa yang membuat Chuck Norris menjadi anak yang nakal. Hingga akhirnya Amel mampu membuat Chuck Norris berubah sedikit demi sedikit. Luar biasa, Amel. Setelah membaca bagian ini kalian akan terkagum-kagum dengan sosok Amelia???? Baca juga: Resensi Novel Si Anak Badai Kemudian, ada kejadian lucu yang membuat saya tertawa adalah ketika Pukat dan Burlian mau disunat. Semua orang di kampung, mulai dari teman-teman, ibu-ibu, dan semua tetangga sangat antusias ketika mendengar Pukat dan Burlian akan disunat. Setiap mereka lewat, orang-orang akan berkata "Kalian yang sebentar lagi akan sunat bukan? Sudah besar rupanya anak Nurmas dan Syahdan". Hal ini membuat nyali Pukat dan Burlian semakin menciut. Ditambah lagi cerita yang berlebihan dari kawan-kawannya tentang sunat. "Kak Pukat dan Kak Burlian yang sepagian ini terlihat tenang, tidak banyak tingkah, tiba-tiba keluar kamar mandi dengan pakaian basah. Berlarian menuruni anak tangga, tanpa bisa ditahan oleh siapa pun. Yang satu kabur menuju arah sungai di belakang kampung. Yang satu lagi lari ke rumah-rumah tetangga." Baca di Bab "Melarikan Diri", dijamin kalian juga akan tertawa???? Masih banyak kejutan-kejutan lain dari buku ini, kalau saya ceritakan semuanya nanti jadi spoiler deh, hehe. Jadi mending kalian baca sendiri ya! Dijamin nggak bakal nyesal. |
Bahasa | Indonesia |
Bentuk Karya | Novel |
Target Pembaca | Remaja |
No Barcode | No. Panggil | Akses | Lokasi | Ketersediaan |
---|---|---|---|---|
00000000151 | 899.221 3 TER s | Dapat dipinjam | Perpustakaan Perguruan Muhammadiyah Cipondoh - SMA Muhammadiyah 2 Kota Tangerang | Tersedia |
Tag | Ind1 | Ind2 | Isi |
001 | INLIS000000000000107 | ||
005 | 20210618112332 | ||
007 | ta | ||
008 | 210618################d##########f#ind## | ||
020 | # | # | $a 978-602-5734-42-7 |
035 | # | # | $a 0010-0621000072 |
082 | # | # | $a 899.221 3 |
084 | # | # | $a 899.221 3 TER s |
100 | 0 | # | $a Tere Liye |
245 | 1 | # | $a Si Anak Kuat /$c Tere Liye |
250 | # | # | $a Cet. 4 |
260 | # | # | $a Jakarta :$b Republika,$c 2019 |
300 | # | # | $a 397 hlm ; $c 21 cm |
500 | # | # | $a "Kau anak paling kuat di keluarga ini, Amel. Itu benar sekali. Bukan kuat secara fisik, tapi kuat dari dalam. Kau adalah anak yang paling teguh hatinya, paling kokoh dengan pemahaman baik." *** Buku ini tentang Amelia, kisah anak yang memiliki mimpi-mimpi hebat untuk kampung tercintanya. Dari puluhan buku Tere Liye, serial buku ini adalah mahkotanya. *** Buku ini bercerita tentang Amel, yang mempunyai nama lengkap Amelia. Amel adalah anak bungsu dari Bapak Syahdan dan Ibu Nurmas dan mempunyai tiga orang kakak yaitu, Kak Eli (Eliana), Kak Pukat dan Kak Burlian. Ketiga kakak Amel ini pun memiliki cerita di bukunya masing-masing. Masa kecil Amel begitu seru, memiliki kedua orang tua yang menanamkan nilai-nilai yang baik tentang kehidupan dan nilai-nilai agama. Amel dan keluarganya tinggal di sebuah lembah, yang terletak di perkampungan yang sangat indah. "Aku dan keluargaku tinggal di perkampungan yang indah. Persis di Lembah Bukit Barisan. Dilingkari oleh hutan lebat dibagian atasnya. Lereng-lereng yang berkabut saat pagi, bagai melihat kapas sejauh mata memandang. Di bawahnya dibatasi oleh sungai besar berair jernih. Jika datang pagi-pagi, pukul enam misalnya, kalian akan melihat air sungai yang seolah menyimpan balok-balok es, mengepul mengeluarkan uap. Begitu jernih, begitu dingin. Koral dasar sungai terlihat. Ikan berlarian di sela kaki membuat geli." Dari membacanya saja membuat saya seperti ikut masuk kedalam cerita kehidupannya Amel. Saya sangat menyukai buku ini. Cerita yang sederhana tapi penuh makna. Banyak pesan moral yang saya dapatkan dari setiap tokoh didalam buku ini. Baca juga: Review Novel RINDU - Tere Liye Amel sering di olok-olok oleh kedua kakak laki-lakinya yang super jahil, Kak Pukat dan Kak Burlian. Mereka punya julukan yang lucu menurut saya, yaitu "dua sigung" hehe. Dua sigung itu sering menyebut Amel sebagai "penunggu rumah", yang artinya ketika sudah besar nanti, ketiga kakaknya akan merantau jauh namun Amel harus tetap berada dirumah. "Setiap kali pergi bermain, dan aku ingin ikut, Kak Burlian sering berseru kepadaku, "Kau tidak usah ikut kami, Amel. Kau ditakdirkan menunggu rumah. Atau di lain kesempatan ia nyeletuk, "Kau anak bungsu, Amel. Sejauh apapun kau pergi, tetap akan menunggu rumah, tidak bisa kemana-mana." Ada momen yang membuat saya begitu terharu, dimana ketika Amel sangat kesal dengan kakak pertamanya, yaitu Kak Eli. Sebagai anak sulung, Kak Eli sering sekali menyuruh-nyuruh dan memerintah adik-adiknya, terutama kepada Amel. Kak Eli juga sering memarahi Amel ketika Amel tidak melaksanakan tugas rumahnya. Sehingga Amel menganggap bahwa kakaknya itu galak dan tidak sayang kepada Amel. Hingga suatu hari Amel pun ingin balas dendam kepada kakaknya secara diam-diam, dan hal itu berhasil dilakukan. Apa yang terjadi? Kak Eli pun semakin marah tentunya, dan Amel ketahuan sehingga ia dihukum oleh kedua orang tuanya. Di momen ini lah Bapak menasehati Amel. "Kau tidak terlalu kecil untuk bisa melihatnya, Amel. Kau lebih cepat mengerti dibanding kakak-kakakmu soal memahami kebaikan. Tetapi jelas kau terlalu keras kepala untuk menerimanya. Kak Eli menyayangi kau. Tidak ada orang yang begitu cerewet, sering mengingatkan kalau dia tidak sayang. Justru ketika orang lain memutuskan mendiamkan, maka saat itulah dia tidak peduli lagi, tidak sayang lagi." Bapak berkata tegas, intonasinya bertenaga, penuh keyakinan dengan kalimatnya. Selanjutnya Bapak menceritakan pengorbanan yang sudah dilakukan Kak Eli kepada Amel, sehingga membuat Amel begitu sedih dan merasa bersalah. Kalian wajib banget baca buku ini! Buku yang membuat kita seperti bisa masuk kedalam cerita tersebut. Penuh tawa, haru, seru, dan membuat kita seperti bisa merasakan apa yang sedang dialami oleh Amel. Kejadian menyentuh hati menurut saya adalah ketika Amel mendapat tugas dari Pak Bin untuk mengajak Chuck Norris (teman sekelas Amel) belajar atau membuat tugas bersama. Hal ini agak sulit dilakukan karena Chuck Norris adalah anak yang nakal dan suka membuat onar. Namun, Amel tidak menyerah begitu saja. Ia berusaha memahami apa yang membuat Chuck Norris menjadi anak yang nakal. Hingga akhirnya Amel mampu membuat Chuck Norris berubah sedikit demi sedikit. Luar biasa, Amel. Setelah membaca bagian ini kalian akan terkagum-kagum dengan sosok Amelia???? Baca juga: Resensi Novel Si Anak Badai Kemudian, ada kejadian lucu yang membuat saya tertawa adalah ketika Pukat dan Burlian mau disunat. Semua orang di kampung, mulai dari teman-teman, ibu-ibu, dan semua tetangga sangat antusias ketika mendengar Pukat dan Burlian akan disunat. Setiap mereka lewat, orang-orang akan berkata "Kalian yang sebentar lagi akan sunat bukan? Sudah besar rupanya anak Nurmas dan Syahdan". Hal ini membuat nyali Pukat dan Burlian semakin menciut. Ditambah lagi cerita yang berlebihan dari kawan-kawannya tentang sunat. "Kak Pukat dan Kak Burlian yang sepagian ini terlihat tenang, tidak banyak tingkah, tiba-tiba keluar kamar mandi dengan pakaian basah. Berlarian menuruni anak tangga, tanpa bisa ditahan oleh siapa pun. Yang satu kabur menuju arah sungai di belakang kampung. Yang satu lagi lari ke rumah-rumah tetangga." Baca di Bab "Melarikan Diri", dijamin kalian juga akan tertawa???? Masih banyak kejutan-kejutan lain dari buku ini, kalau saya ceritakan semuanya nanti jadi spoiler deh, hehe. Jadi mending kalian baca sendiri ya! Dijamin nggak bakal nyesal. |
600 | # | 4 | $a Fiksi Indonesia |
990 | # | # | $a 00147/PSMUH/Hib/2020 |
Content Unduh katalog
Karya Terkait :