Cite This        Tampung        Export Record
Judul Moga Bunda Disayang Allah / Tere Liye
Pengarang Tere Liye
EDISI Cet. XXXI
Penerbitan Jakarta : Republika, 2006
Deskripsi Fisik 306 hlm :terdapat gambar ;20,5 cm
ISBN 978-602-8997-652
Subjek Fiksi Indonesia
Catatan Novel ini menceritakan tentang "Melati" anak berusia 6 tahun yang mengalami keterbatasan. Ia mengalami buta dan tuli otomatis dia juga bisu. Karena keingin tahuannya akan segala hal yang tidak bisa ia lakukan, sering kali Melati mengamuk dan suka melempari barang -barang apapun yang ada di dekatnya. Jangan di tanya seberapa besar frustasinya dia. Kedua orang tua Melati Tuan HK dan Nyonya HK sempat putus asa akan keadaan Melati yang semakin tak terkendali, semua hal telah merka lakukan untuk menyembuhkan Melati, bahkan memanggil dokter terbaik dari luar negeri dan hasilnya nihil, tak ada perubahan apapun yang terjadi pada Melati. Sementara di pinggir pantai sana terdapat pemuda yang hidupnya bagai kelelawar, Tidur di siang hari dan bangun pada malam hari untuk sekedar duduk di pinggiran bar dan mabuk mabuk an. Pria berusaha 27 tahun itu adalah penyelamat bagi Melati, Sudah banyak surat yang Bunda Melati kirimkan pada pemuda itu namun tak satupun surat yang jangankan di balas, di baca saja tidak. Akhirnya Bunda memutuskan untuk mengunjungi rumah "Karang" nama pemuda itu. Awalnya Karang sama sekali tidak tertarik untuk membantu Melati, karena rasa bersalahnya karena telah menewaskan 18 anak didik di taman bacaan nya saat berlibur ke pantai. Hal itu terjadi karena kapal yang di tumpangi mereka semua tenggelam karena terkena badai, Karang frustasi karena tidak dapat menyelamatkan mereka. namun akhirnya karena kecintaan karang akan anak-anak akhirnya karangpun menolong Melati. Karang terus berusaha semampunya untuk mengajari Melati, yang di awali dengan adab makan menggunakan sendok dengan tangan kanan. Memang susah sekali namun Karang tak pernah putus asa, ia gigih dalam mengajari Melati walau kerap kali Karang di usir dari dumah Tuan HK dan Bunda. Karena di anggap pemabuk, atau cara mengajarnya yang kasar oleh Tuan HK. Karang sempat putus asa, ia sudah kehabisan cara untuk mengenalkan Melati nama benda-benda apa yang ia sentuh, Tuhan memang tak pernah tidur. Entah dari mana satu persatu keajaiban mulai terjadi, Melati pergi keluar untuk merasakan hujan, telanjang kaki ia menginjak rumput - rumput yang di penuhi rintikan air hujan. Lalu keajaiban kembali terjadi saat bulir bulir hujan membasuh tangan mungil Melati. Melalui telapak tangan itulah panca indera Melati berada, kembali sudah segala semesta yang pernah hilang pada Melati. Akhirnya dunia Melati tak lagi gelap dan monoton, kini ia bisa mengenal siapa pencipta nya, siapa orang tuanya, siapa guru yang mengajarkannya dll.
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Novel
Target Pembaca Remaja

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
00000000047 899.221 3 TER m Dapat dipinjam Perpustakaan Perguruan Muhammadiyah Cipondoh - SMA Muhammadiyah 2 Kota Tangerang Tersedia
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000000039
005 20210602110759
007 ta
008 210602################d##########f#ind##
020 # # $a 978-602-8997-652
035 # # $a 0010-0621000004
082 # # $a 899.221 3
084 # # $a 899.221 3 TER m
100 0 # $a Tere Liye
245 1 # $a Moga Bunda Disayang Allah /$c Tere Liye
250 # # $a Cet. XXXI
260 # # $a Jakarta :$b Republika,$c 2006
300 # # $a 306 hlm : $b terdapat gambar ; $c 20,5 cm
500 # # $a Novel ini menceritakan tentang "Melati" anak berusia 6 tahun yang mengalami keterbatasan. Ia mengalami buta dan tuli otomatis dia juga bisu. Karena keingin tahuannya akan segala hal yang tidak bisa ia lakukan, sering kali Melati mengamuk dan suka melempari barang -barang apapun yang ada di dekatnya. Jangan di tanya seberapa besar frustasinya dia. Kedua orang tua Melati Tuan HK dan Nyonya HK sempat putus asa akan keadaan Melati yang semakin tak terkendali, semua hal telah merka lakukan untuk menyembuhkan Melati, bahkan memanggil dokter terbaik dari luar negeri dan hasilnya nihil, tak ada perubahan apapun yang terjadi pada Melati. Sementara di pinggir pantai sana terdapat pemuda yang hidupnya bagai kelelawar, Tidur di siang hari dan bangun pada malam hari untuk sekedar duduk di pinggiran bar dan mabuk mabuk an. Pria berusaha 27 tahun itu adalah penyelamat bagi Melati, Sudah banyak surat yang Bunda Melati kirimkan pada pemuda itu namun tak satupun surat yang jangankan di balas, di baca saja tidak. Akhirnya Bunda memutuskan untuk mengunjungi rumah "Karang" nama pemuda itu. Awalnya Karang sama sekali tidak tertarik untuk membantu Melati, karena rasa bersalahnya karena telah menewaskan 18 anak didik di taman bacaan nya saat berlibur ke pantai. Hal itu terjadi karena kapal yang di tumpangi mereka semua tenggelam karena terkena badai, Karang frustasi karena tidak dapat menyelamatkan mereka. namun akhirnya karena kecintaan karang akan anak-anak akhirnya karangpun menolong Melati. Karang terus berusaha semampunya untuk mengajari Melati, yang di awali dengan adab makan menggunakan sendok dengan tangan kanan. Memang susah sekali namun Karang tak pernah putus asa, ia gigih dalam mengajari Melati walau kerap kali Karang di usir dari dumah Tuan HK dan Bunda. Karena di anggap pemabuk, atau cara mengajarnya yang kasar oleh Tuan HK. Karang sempat putus asa, ia sudah kehabisan cara untuk mengenalkan Melati nama benda-benda apa yang ia sentuh, Tuhan memang tak pernah tidur. Entah dari mana satu persatu keajaiban mulai terjadi, Melati pergi keluar untuk merasakan hujan, telanjang kaki ia menginjak rumput - rumput yang di penuhi rintikan air hujan. Lalu keajaiban kembali terjadi saat bulir bulir hujan membasuh tangan mungil Melati. Melalui telapak tangan itulah panca indera Melati berada, kembali sudah segala semesta yang pernah hilang pada Melati. Akhirnya dunia Melati tak lagi gelap dan monoton, kini ia bisa mengenal siapa pencipta nya, siapa orang tuanya, siapa guru yang mengajarkannya dll.
600 # 4 $a Fiksi Indonesia
990 # # $a 00042/PSMUH/Hib/2020
Content Unduh katalog